Mendikbud,
Mohammad Nuh MENEGASKAN bahwa SD tidak boleh memberikan tes Calistung
kepada calon murid. Paud bukanlah tempat bagi anak untuk belajar
calistung.
Lanjut beliau katakan, bahwa mengajarkan calistung adalah KEWAJIBAN SD, bukan PAUD. Oleh karena itu, anak yg akan masuk sekolah tidak boleh dituntut sudah menguasai hitung.
"Bila SD memberikan tes calistung kepada calon murid, maka anak2 akan diajari calistung sejak TK, jika TK anak sudah diajari calistung, maka sejak PAUD ia sudah diperkenalkan huruf. Jangan2 semenjak di dalam kandungan sudah minta belajar," kata Nuh.
Tuntutan yg berat kepada anak usia dini akan membuat anak tsb tertekan.
Senada dengan seruan Mendikbud, Direktur PAUD Ditjen PNFI Kemendiknas, Sudjarwo juga tegas menghimbau:
Hendaknya pengajaran PAUD dikembalikan pada 'qitah' nya yaitu memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, tanpa membebaninya dengan BEBAN AKADEMIK, termasuk Calistung.
Anak balita sebaiknya tak buru2 diajarkan calistung. Jika dipaksa menguasai calistung, maka si anak akan terkena 'MENTAL HECTIC' pada usia 8-9 tahun (2-3 SD). Anak akan selalu bergerak, sulit diatur, egosentris, dan pemberontak.
"Oleh karena itu JANGAN BANGGA bagi anda atau siapa saja yg memiliki anak usia 2 atau 3 tahun sudah bisa membaca & menulis," lanjut Sudjarwo.
Bagaimana pendapat para psikolog mengenai 'fenomena' calistung dini ini?
Masa kanak2 (bawah 7 tahun) adalah masa dimana anak harusnya BANYAK BERMAIN. Bukan duduk diam menghapal angka atau huruf, lalu sepulangnya harus mengerjakan PR dari sekolah, belum lagi banyak dari mereka yg sudah diikutkan Les calistung sejak dini.
Psikologis anak belumlah siap untuk itu semua. Yg ada anak akan STRESS, dan itu berbahaya buat perkembangan mentalnya. Belum lagi dari sisi perkembangan Otak anak. Bawah 7 tahun, otak anak BELUM SIAP belajar Kognitif seperti Calistung.
Jadi sangatlah tak bijak jika memaksakan anak bawah 7 tahun untuk duduk diam menghapal huruf2 atau angka, apalagi sampai memasukkan mereka ke LES Calistung. Karena memang secara Psikologis juga perkembangan Otak, mereka belum siap untuk itu.
Apa Kesimpulannya?
Masa bawah 7 tahun, adalah masa Pembentukan Karakter dan Empati bagi anak. Di masa ini mereka Harusnya menghabiskan waktu mereka dengan bermain (yg positif dan terarah pastinya). Karena melalui bermain itulah justru mereka belajar.
Di masa ini pula kreatifitas anak harus dikembangkan. Karena sesungguhnya, Karakter yg kuat & Kreatifitas yg tinggi itulah MODAL UTAMA serta DASAR yg harus dimiliki setiap anak dalam menghadapi kehidupan 'nyata' kelak.
Karena pada kenyataannya, yg bisa BERTAHAN dalam 'persaingan' di dunia ini adalah mereka yg Berkarakter kuat dan penuh kreatifitas. Bukan yg hanya memiliki nilai akademik yg bagus.
Akademik sejatinya hanyalah Elemen penunjang saja dari keberhasilan seseorang. Karena itulah, yg harus kita utamakan sejak dini adalah pendidikan Karakter dan pengembangan kreatifitas seluas2 nya pada anak. Jangan terbalik (akademik duluan).
Kasihanilah anak2 kita. Jangan biarkan mereka Stress oleh karena hapalan2 yg belum seharusnya, jadwal sekolah dan les yg padat, PR yg menyita waktu bermain mereka.
Dibutuhkan hati yg BAHAGIA untuk perkembangan Otak dan mental yg Optimal.
Namun itu semua kembali kepada pilihan pribadi masing2. Saya hanya menghimbau, mari kita jadikan anak2 kita GENERASI PENERUS BANGSA yg Bahagia, Berakhlak Mulia, Berkarakter kuat, Berempati, dan Kreatif..
Jangan biarkan anak jadi korban dari Kontroversasi Kudeta Calistung Dini ya..
Lanjut beliau katakan, bahwa mengajarkan calistung adalah KEWAJIBAN SD, bukan PAUD. Oleh karena itu, anak yg akan masuk sekolah tidak boleh dituntut sudah menguasai hitung.
"Bila SD memberikan tes calistung kepada calon murid, maka anak2 akan diajari calistung sejak TK, jika TK anak sudah diajari calistung, maka sejak PAUD ia sudah diperkenalkan huruf. Jangan2 semenjak di dalam kandungan sudah minta belajar," kata Nuh.
Tuntutan yg berat kepada anak usia dini akan membuat anak tsb tertekan.
Senada dengan seruan Mendikbud, Direktur PAUD Ditjen PNFI Kemendiknas, Sudjarwo juga tegas menghimbau:
Hendaknya pengajaran PAUD dikembalikan pada 'qitah' nya yaitu memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, tanpa membebaninya dengan BEBAN AKADEMIK, termasuk Calistung.
Anak balita sebaiknya tak buru2 diajarkan calistung. Jika dipaksa menguasai calistung, maka si anak akan terkena 'MENTAL HECTIC' pada usia 8-9 tahun (2-3 SD). Anak akan selalu bergerak, sulit diatur, egosentris, dan pemberontak.
"Oleh karena itu JANGAN BANGGA bagi anda atau siapa saja yg memiliki anak usia 2 atau 3 tahun sudah bisa membaca & menulis," lanjut Sudjarwo.
Bagaimana pendapat para psikolog mengenai 'fenomena' calistung dini ini?
Masa kanak2 (bawah 7 tahun) adalah masa dimana anak harusnya BANYAK BERMAIN. Bukan duduk diam menghapal angka atau huruf, lalu sepulangnya harus mengerjakan PR dari sekolah, belum lagi banyak dari mereka yg sudah diikutkan Les calistung sejak dini.
Psikologis anak belumlah siap untuk itu semua. Yg ada anak akan STRESS, dan itu berbahaya buat perkembangan mentalnya. Belum lagi dari sisi perkembangan Otak anak. Bawah 7 tahun, otak anak BELUM SIAP belajar Kognitif seperti Calistung.
Jadi sangatlah tak bijak jika memaksakan anak bawah 7 tahun untuk duduk diam menghapal huruf2 atau angka, apalagi sampai memasukkan mereka ke LES Calistung. Karena memang secara Psikologis juga perkembangan Otak, mereka belum siap untuk itu.
Apa Kesimpulannya?
Masa bawah 7 tahun, adalah masa Pembentukan Karakter dan Empati bagi anak. Di masa ini mereka Harusnya menghabiskan waktu mereka dengan bermain (yg positif dan terarah pastinya). Karena melalui bermain itulah justru mereka belajar.
Di masa ini pula kreatifitas anak harus dikembangkan. Karena sesungguhnya, Karakter yg kuat & Kreatifitas yg tinggi itulah MODAL UTAMA serta DASAR yg harus dimiliki setiap anak dalam menghadapi kehidupan 'nyata' kelak.
Karena pada kenyataannya, yg bisa BERTAHAN dalam 'persaingan' di dunia ini adalah mereka yg Berkarakter kuat dan penuh kreatifitas. Bukan yg hanya memiliki nilai akademik yg bagus.
Akademik sejatinya hanyalah Elemen penunjang saja dari keberhasilan seseorang. Karena itulah, yg harus kita utamakan sejak dini adalah pendidikan Karakter dan pengembangan kreatifitas seluas2 nya pada anak. Jangan terbalik (akademik duluan).
Kasihanilah anak2 kita. Jangan biarkan mereka Stress oleh karena hapalan2 yg belum seharusnya, jadwal sekolah dan les yg padat, PR yg menyita waktu bermain mereka.
Dibutuhkan hati yg BAHAGIA untuk perkembangan Otak dan mental yg Optimal.
Namun itu semua kembali kepada pilihan pribadi masing2. Saya hanya menghimbau, mari kita jadikan anak2 kita GENERASI PENERUS BANGSA yg Bahagia, Berakhlak Mulia, Berkarakter kuat, Berempati, dan Kreatif..
Jangan biarkan anak jadi korban dari Kontroversasi Kudeta Calistung Dini ya..
Sumber : FP Kid Are BEST GURU
Foto : http://kabarberita.info
0 komentar:
Posting Komentar