Foto: Merdeka.com |
Keteguhan dan keyakinan merupakan kunci meraih sukses. Hal ini
diperlihatkan pendaki gunung bernama Iswahyudi alias Tarpin. Pria asal
Tumpang Kabupaten Malang ini sukses menaklukkan Gunung Semeru secara
‘’nyeleneh’’ Yakni, berjalan mundur selama tiga hari dan berakhir awal
pekan ini.
Gunung Semeru memang sudah akrab dengan Tarpin. Maklum, selain sebagai
pendaki, ayah dua anak ini juga bekerja sebagai porter atau pembawa
barang untuk para pendaki di ‘‘atap‘‘ pulau Jawa ini. Bahkan, ia
sedikitnya 800 kali lebih mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa
tersebut. Karena itu, ia sampai dijuluki Tarpin yang merupakan singkatan
dari ‘‘Tarsan Pindah‘‘.“Saya sejak tahun 1986 sudah mendaki Gunung
Semeru. Kalau ditanya tepatnya berapa kali saya mendaki, sudah lupa.
Tapi sedikitnya ya 800 kali,‘‘ ujarnya ketika disambangi Malang Post di
markas komunitasnya,Gimbal Alas Indonesia di Sawojajar Kota
Malang,kemarin.
Karena itu, ia kemudian mempunyai gagasan ‘‘gila‘‘ mendaki Gunung
Semeru dengan cara berjalan mundur.Maklum, memang belum ada seorangpun
pendaki gunung yang ada di dunia ini melakukan pendakian dengan
berjalan mundur. Dibantu dengan Komunitas Gimbal Alas Tarpin akhirnya
mewujudkan keinginannya. Namun, dia tidak asal maupun serta merta
melakukannya. Melainkan juga melakukan persiapan dan melengkapi diri
dengan peralatan mendaki yang lumrah dilakukan seorang pendaki. Bedanya,
saat melakukan pendakian mundur, di badannya harus dipasang dua spion
layaknya sepeda motor. “Bagaimana bisa lihat ke belakang, kalau tidak
dipasang spion. Ya sebenarnya memang bisa saja tidak memakai spion,
tetapi tentu berpeluang mendapat berbagai celaka,‘‘ urainya.
Dia mengawali pendakian dengan berjalan mundur, pada hari Sabtu
(24/8) mengambil start etape pertama dari Ranu Pani sekitar pukul 08.00
WIB menuju ke Ranu Kumbolo. Pendakian sejauh 12 km dengan medan yang
sangat berliku serta menanjak, Tarpin selesaikan dengan waktu empat jam.
“Kalau pendaki pemula, ya bisa jadi enam sampai tujuh jam. Belum lagi
kalau sesekali berhenti istirahat, ya tambah lama,” urainya.
Foto : Merdeka.com |
Sesampainya di Ranu Kumbolo sekitar pukul 12.00 WIB dia beristirahat
selama satu jam. Sekitar pukul 13.00, dia start etape kedua menuju Kali
Mati. Pada etape keduanya tersebut, pria kelahiran 1 Januari 1965 ini,
hanya memakan waktu lima jam, tepatnya sekitar pukul 18.00 Tarpin sudah
berada di Kali Mati dan menginap di tempat tersebut.
Keesokan harinya, Minggu (25/8), dia bersama timnya melanjutkan
pendakian mundur untuk menempuh etape ketiga sekitar pukul 12.00 menuju
Kelik atau daerah batas vegitasi. Tarpin hanya menempuh waktu dua jam
setengah, tepatnya pukul 14.20 WIB sudah sampai di batas vegetasi. “Di
tempat tersebut, saya nge-camp lagi, karena sudah petang dan berkabut,”
ucapnya.
Dia menuturkan, perlu tenaga yang ekstra kuat untuk menyelesaikan etape
terakhir. Lantaran menurutnya, untuk mencapai puncak medan yang ditempuh
semakin sulit. “Medannya berbatu dan berdebu tentunya semakin
menantang. Belum lagi oksigen yang semakin tipis, karena berada di
ketinggian,” urainya.
Hari Senin (26/8) sekitar pukul 05.30 WIB, dia melanjutkan kembali untuk
menempuh etape keempat dengan tujuan Puncak Mahameru. Lagi-lagi berkat
kelihaian dan keahliannya, Tarpin menyelesaikan etape waktu hanya lima
jam. Tepatnya sekitar pukul 10.21 pria asal Tumpang ini sudah berhasil
sampai di puncak Semeru. Saat itu, Tarpin bersama Komunitas Gimbal Alas
Indonesia melakukan upacara mengibarkan bendera merah putih. Jika
mendaki secara normal, Tarpin dan kawan-kawan biasanya cukup
menghabiskan waktu sehari dan semalam untuk mencapai puncak Gunung
Semeru. “Kemudian kami selebrasi dan berfoto bersama. Saat itu kami
sangat senang karena akhirnya bisa menaklukkan Gunung Semeru dengan
berjalan mundur yang memang baru pertama kali,“ urainya.
Saat turun, dia juga berjalan mundur. Namun, saat turun lebih mudah
dibanding saat mendaki. Selama melakukan perjalanan untuk turun
tersebut, Tarpin bersama komunitasnya mengumpulkan sampah yang banyak
berserakan di sepanjang jalur pendakian.“Kami memang mempunyai tujuan
ganda melakukan aksi ini, selain menaklukan tantangan berjalan mundur,
juga melakukan kegiatan sosial membersihkan sampah,“ jelasnya.
Melalui kegiatan itulah dia sekaligus berpesan agar kepada para pendaki
pemula untuk tetap menjaga lingkungan Gunung Semeru. “Apalagi setelah
dijadikan syuting film 5 Cm, maka akhir-akhir ini Gunung Semeru semakin
dipadati pendaki pemula. Biasanya usai mendaki, mereka membuang sampah
begitu saja. Hal ini membuat rusak lingkungan dan tentunya membahayakan
lingkungan,“ keluhnya.Terbukti, saat mengumpulkan sampah itulah, dia
bersama komunitasnya berhasil mengeruk sampah dalam jumlah banyak
kemudian dibawa turun untuk dibakar. ‘‘Setelah ini saya juga ingin
mendaki Gunung Rinjani yang ada di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB) dengan cara berjalan mundur,‘‘ pungkasnya.
sumber : Foto : Merdeka.com
Ketika mahameru didaki pemula. Akibatnya banyak kerusakan pada alam...
*Sampah e cak dijupuki, ojok foto2an ae!!!
(Sebuah Status kawan Abi Yazid Al Basthomi)
Foto: FB OM Dhemitz |
Dan salah satu komentar status : Iswahyudi yang akrab disapa Tarpin (tarzan pinter), berhasil mewujudkan niatnya untuk mendaki Gunung Semeru dengan cara berjalan mundur. Ia mencapai puncak Mahameru pada hari Senin (26/8/2013) pagi yang merupakan puncak tertinggi di Pulau Jawa. Pendakian Tarpin dimulai sejak Sabtu (24/8/2013) pagi sekitar pukul 08.15 dari Pos Pendakian Semeru di Ranu Pane. Bagusnya lagi sembari berjalan Tarpin membersihkan sampah-sampah yang berserakan disepanjang jalan yang dilewatinya. Patut menjadi inspirasi dan bisa memotivasi kita semua untuk lebih menghargai alam. SUKSES TARPIN..SALAM DUA KAKI..
[sing nyekel rokok gan cak tarpin,sing sijine cak takim dukun bantengan tumpang] Sumber : FBOM Dhemitz
0 komentar:
Posting Komentar