Sebuah artikel islami yang ditulis oleh Ust. Husin Nabil, saya ambil dari sebuah situs Komunitas Cinta Rosululloh, Haddad Alwi.com yang patut untuk kita baca dan kita jadikan renungan.
Kekayaan Kita Yang Terbesar
Oleh: UST. Husin Nabil
Dalam jasad atau kepompong tubuh kita ini, ada sesuatu yang sangat berharga sekali. Begitu mahalnya hingga itulah satu-satunya modal bagi kita untuk mencapai kebahagiaan. Jika modal ini hilang, maka kita telah menghilangkan segala-galanya. Kita telah membuang percuma kekayaan terbesar yang ingin dimiliki oleh semua makhluk-Nya bahkan para malaikat sekalipun.
Keberuntungan yang akan kita peroleh, jika kita mengolah modal itu, adalah;
- Hidup tanpa kekhawatiran dan cemas.
- Hidup tanpa kesedihan dan gundah.
- Hidup tanpa keserakahan dan ketamakan.
- Hidup dalam kecukupan tanpa pernah merasakan kekurangan.
- Hidup tanpa prasangka buruk dan kebencian serta dalam damai.
- Hidup tanpa egois dan ketidakpedulian.
- Hidup tanpa kebencian terhadap makhluk-Nya dan selalu mendahulukan rahmat.
- Hidup tanpa keraguan dalam melangkah dan bertindak serta berada di shirath-Nya (jalan) yang mustaqim (lurus).
- Hidup selalu bersandar kepada-Nya hingga menemui-Nya
Bayangkan, betapa indahnya dan bermaknanya hidup dengan nilai-nilai di atas. Semua itu bisa terjadi dalam diri kita. Terwujud dalam kehidupan dan muncul di setiap waktu kita. Karena setiap orang dari memiliki pontensi untuk mencapainya. Setiap orang di antara kita tanpa ada perbedaan telah diberi bekal atau modal pokok oleh Dia Yang Maha Kuasa, untuk meraihnya.
Tahukah, apakah modal itu?
Modal berharga itu adalah “Hati” yang ada di dalam diri kita. Hati ini adalah tempat pandangan Tuhan dan cawan untuk mencapai makrifat-Nya. “Sesungguhnya Allah tidak memandang jasad dan paras kalian, tetapi Allah memandang hati kalian.” (HR. Muslim) Bila hati kita telah dijamah-Nya, maka kita berada dalam jalan-Nya. Bila hati kita selalu dalam pandangan-Nya, maka kita berada dalam penjagaan-Nya. Bila hati kita dituangi oleh pengetahuan-Nya, maka kita mengenali-Nya.
Dia Allah berfirman, “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.” (Qs. al-Infithar [82]: 6) Dia (Tuhan) ingin sekali menjamah, memandang dan menuang pengetahuan ke dalam hati, namun kita membiarkan cawan hati kita terbalik karena keyakinan kita yang bertolak belakang dengan keyakinan kekasih-Nya Muhammad Saw.. Atau membiarkannya berlubang, karena kita sendiri setiap harinya melubangi hati kita dengan banyak maksiat yang dilakukan. Atau mengotorinya dengan banyak najis yang berasal dari penyakit-penyakit hati. Karena semua itu, Tuhan tak menjamah, atau memandang atau menuang pengetahuan-Nya ke dalam hati, kecuali jika kita mempersiapkannya terlebih dahulu.
Bagaimanakah mempersiapkannya?
1. Menghadapkan hati kepada-Nya dengan cara menyesuaikan keyakinan dan jalan hidup kita dengan keyakinan dan jalan hidup kekasih Allah, Muhammad Saw.. “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad Saw), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali Imran [3]: 31)
2. Menambal segala lubang hati dengan taubat yang sebenar-benarnya. “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha (taubat yang sebenar-benarnya). Mudah-mudahan Tuhanmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersamanya, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan sebelah kanan mereka, seraya mereka berkata, ‘Wahai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.’” (Qs. At-Tahrim [66] : 8 )
3. Menyucikan hati dari najis penyakit hati dengan mujahadah atau berkorban menundukkan nafsu hewani. “Dan orang-orang yang berkorban untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. al-`Ankabut [29]: 69)
Jika semua itu telah dilakukan dengan tekun dan sabar hingga tunduklah nafsu. Maka tak lama kita akan mendengar seruan-Nya, merasakan pandangan dan jamahan-Nya serta tuangan surga makrifat-Nya. “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai (Nya). Masuklah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.” (Qs. al-Fajr [89]: 27 - 30) Di saat itu tercapailah kebahagian, kekayaan, yang tak dilihat oleh mata siapapun, tak didengar oleh telinga siapapun dan tak terlintas dalam benak siapapun.
Sumber Artikel
1 komentar:
Trimakasi Mas Yohan, saya juga sudah berkunjung blog anda. Menarik sekali apa yang anda tulis dan posting di sana. Insya Allah bermanfaat.
Posting Komentar