SUKSES skuad Arema Indonesia menjadi juara kompetisi Super Liga tahun ini menjadi sebuah kebanggaan luar biasa Arek Malang. Hal ini tidak hanya dirasakan masyarakat Malang Raya, melainkan juga arek-arek Malang yang ada di luar Malang Raya. Salah satunya adalah Anto Baret yang dikenal sebagai tokoh Aremania Batavia. Bagaimana suka duka dia dalam mengawal Arema dan Aremania, serta pandangannya terhadap sukses Arema Berikut wawancara wartawan Malang Post, Poy Heri Pristianto dengan Sam OT, sapaan akrab Anto Baret.
Arema dan Aremania, adalah kebanggaan Anda. Apa komentar Anda soal sukses Arema?
Ini benar-benar sebuah kebahagiaan yang tidak ternilai harganya. Rasanya semua jerih-payah, perjuangan teman-teman Aremania, bahkan ada yang sampai meninggal, terbalaskan dengan gelar juara. Benar-benar sebuah cerita bahagia untuk Arema dan Aremania.
Apa kunci sukses Arema bisa menjadi juara?
Menurut saya, kebersamaan dan penghayatan terhadap slogan : Salam Satu Jiwa. Slogan itu benar-benar ampuh menyatukan Arema dan Aremania. Bagi pemain Arema, slogan itu membuat mereka benar-benar menyatu menjadi sebuah tim yang solid dan kompak. Tim yang saling mengisi dan tak terpisahkan. Sementara bagi Aremania, slogan itu membuat mereka merasa menjadi satu bagian dengan tim dan satu keluarga besar Aremania. Kami benar-benar satu jiwa dan tak terpisahkan. Aremania adalah Arema, Arema adalah Aremania.
Tanpa Arema, Aremania tidak ada dan bukan apa-apa. Mereka tidak pernah lahir, kalau tidak ada Arema. Demikian pula dengan Arema. Mereka tidak bisa menjadi apa-apa tanpa Aremania. Mereka juga tidak bisa seperti ini tanpa dukungan Aremania. Jadi, keduanya seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.
Atas dasar itukah Anda sampai menyempatkan diri datang ke Malang untuk ikut merayakan sukses Arema?
Saya datang dari Jakarta kesini (Malang, Red) murni tidak ada embel-embel apa-apa, tidak disuruh siapa-siapa. Murni karena Arema, karena ingin merayakan hari kemenangan Arema dan Aremania. Saya datang diundang PT Arema Indonesia sekaligus untuk menjawab isu-isu yang beredar yang tidak bertanggung jawab. Bahkan isu beredar seputar dukungan Arema ke Senayan. Seperti ada korban meninggal dan bus dibakar saat Aremania berangkat ke Jakarta. Ternyata itu hanya isu-isu. Kalaupun ada insiden dan Aremania ada yang terluka, namun semua itu bisa diatasi.
Bagaimana bentuk apresiasi Anda atas kemenangan Arema Indonesia, musim ini?
Jam 2 malam (Selasa-2 Juni, Red), kita masuk Malang. Paginya, kita bangun, setelah itu ikut pawai dengan rute se Malang Raya. Keliling-keliling sampai siang hari, kemudian sampai di Stasiun Kotabaru. Disitu ada acara, ada musik, ada pejabat teras disana. Saya terus duduk disitu, setelah itu saya dipanggil untuk nyanyi, saya pun menyanyi. Setelah itu, saya dipanggil lagi. Di atas panggung itu, saya dapat penghargaan, yang memberi penghargaan itu ada Pak Rendra.
Jujur, saya tidak kenal dan baru tahu siapa Pak Rendra ini, ya baru dipanggung Pesta Rakyat Aremania. Tapi besoknya, keluar iklan ada judul di situ, Aremania : Pak Rendra Oke. Iklan itu tidak ada masalah. Tapi ternyata di dalam iklan ini ada gambar saya, yang menerima penghargaan mewakili Aremania seluruh Jabotabek, dan Arema-Arema yang di Bali, Kalimantan, serta didaerah lain.
Bagaimana posisi Anda sendiri?
Selama ini, kalau saya datang ke Kota Malang, ke Malang Raya, saya datang tidak ada tendensi apa-apa. Apalagi sampai masuk ranah politik. Saya tidak mendukung siapa-siapa. Karena saya tidak begitu paham peta politik di Malang Raya. Apalagi terus terang, hidup saya memang ada di Jakarta. Tapi, ini kok sepertinya ada satu kendaraan politik dan saya merasa dijadikan kendaraan itu. Kalau saya memang mau mendukung seseorang, saya harus kenal dengan orang itu terlebih dahulu. Kalau saya tidak kenal dengan orang itu, saya tidak mungkin mendukung orang itu.
Sikap Anda kemudian?
Apapun alasannya, di belakang kita ada adik-adik Aremania. Yang saya takutkan, saya dianggap tidak lagi netral. Tapi saya dianggap mendukung seseorang. Saya bisa saja diopinikan mendapatkan uang atau opini jelek lainnya. Saya tidak mau kebersamaan antar Aremania terpecah-belah. Sekali lagi saya tegaskan, kalau saya mendukung seseorang, saya harus kenal luar dalam orang itu. Karena ini menyangkut nasib anak-anak bangsa, adik-adik saya yang ada di Malang. Marilah memberikan contoh yang baik, tatanan baik. Penuh sopan santun.
Apa komentar Anda tentang kemungkinan Aremania menjadi kendaraan politik?
Kalau bicara soal kendaraan politik dan Aremania jadi kendaraan politik, itu ibaratnya ketika dia naik, dia ingin menuju sesuatu. Jika sudah sampai sesuatu, bisa jadi kendaraan ini akan ditinggalkannya. Kasihan Aremania yang tidak tahu apa-apa, jika diperlakukan seperti itu. Padahal apa yang dilakukan Aremania selama ini, adalah ungkapan cinta kasih terhadap timnya, kotanya. Saya yakin, Aremania mengerti hal itu, jangan sampai hal ini terjadi lagi kedepannya. Kita harus memberikan pelajaran politik, sopan santun. Sekali lagi saya bilang, saya datang kesini untuk Arema, karena Arema adalah roh saya bertahan di Jakarta. Aremania dan Arema memang milik semuanya. Mereka punya hak untuk ikut turun dan ditengah-tengah kita, sekaligus punya hak pilih. (*)
Aremania akan Menjadi Kristal
DUKUNGAN dan fanatisme Aremania terhadap tim kesayangannya, Arema Indonesia tidak bisa diragukan lagi. Komunitas suporter beratribut kebesaran biru-biru tersebut bak menjadi bagian dari roh Singo Edan selama ini hingga sukses memboyong trofi juara Super Liga, musim ini.
Dalam kacamata Antok Baret, kelak kedepannya, Aremania akan mengkristal. Dengan begitu, Aremania tidak akan khawatir sampai mengalami perpecahan. Tanda-tanda itu terasa dengan begitu tingginya semangat Aremania dalam mendukung kiprah Arema selama ini. Hal itu tidak hanya dibuktikan dengan memberi tiket laga home, melainkan rela mengeluarkan biaya sendiri saat tim away.
‘’Insya Allah, Aremania lambat laun akan jadi kristal. Kalau pecah itu masih berupa kaca, kalau sudah jadi kristal itu tidak bisa pecah. Perjuangan itu sudah dibuktikan Aremania sejak dari dulu sampai sekarang,” yakin Antok Baret, tokoh Aremania Batavia.
Dia menyebut kefanatisan itu adalah energi, dan bisa menjadi doa bagi skuad Arema. Aremania adalah suporter paling baik dan yang terpenting adalah berjiwa satria. Kalau bukan satria, Aremania pasti akan melakukan tindakan yang merugikan orang lain.
Selain itu, mendukung kesebelasannya, tidak hanya meneriakkan yel-yel, tapi juga membeli karcis, hingga berangkat ke Jakarta untuk mendukung dengan biaya sendiri.
Sam OT, begitu dia akrab disapa, menegaskan, komandan Aremania adalah Salam Satu Jiwa. Pasalnya, salam khas Arema ini adalah salam persaudaraan atau seduluran. Dari prestasi itu, Aremania mendapat siraman yang bentuknya kegembiraan dan kebanggaan. Jika merasa capek saat mendukung, kemenangan itu akan menghilangkan rasa capek itu.
‘’Tanpa Aremania, Arema tidak apa-apanya. Begitu juga sebaliknya, Aremania tidak ada apa-apanya, tanpa Arema. Jadi, semuanya harus bisa menyatu, dengan komandannya, adalah Salam Satu Jiwa. Ini yang bisa menyatukan semuanya, coba diingat era 70 an, dulu di Malang ada banyak geng-geng. Tapi sekarang semuanya, sangat bagus, kompak dan bersatu,” tambah Sam OT.
Dia juga berharap Arema bisa mempertahankan prestasinya. Meski perjalanan seluruh klub di Indonesia, tidak lepas dari masalah pendanaan. Tapi dengan dukungan penuh Aremania, Singo Edan pasti akan mampu terus bertahan. Apalagi, jika Arema dn Aremania semakin menyatu, maka semuanya akan tetap mampu berjalan.
‘’Arema sudah melangkah ke jalur sepakbola Industri. Dampak positif pasti akan menghampiri industri Arema, misalnya penjualan atribut dan merchandise Arema akan mengalami peningkatan,” yakinnya. (poy/nug)
Sumber :
Home »
arema-aremania
» Arema Roh, Aremania Milik Semua
Arema Roh, Aremania Milik Semua
EMDE Channel | 6/07/2010 10:53:00 AM | 0
komentar
Related posts:
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar