Kisah ini menarik bagi saya, karena tokoh yang diceritakan adalah seseorang yang domisilinya tidak jauh dari tempat saya tinggal, sebut saja Jepang, bukan nama Negara Nippon tapi singkatan dari Jeru-Tumpang. Antara tempat saya tinggal dengan tokoh tersebut hanya berbatas sungai, atau biasa dikampung saya disebut sebagai Gang, Saya di gang 1( satu) dan dia di Gang 2 (dua). Dia punya adik yang kenal baik dengan saya, sebagai teman bermain, meskipun dia lebih tua dari umur saya waktu itu. Artikel di bawah ini menceritakan Kakak kandungnya yang disebut oleh banyak orang, media masa waktu itu sebagai "Jagal Tumpang" Seperti judul artikel di atas.
Artikel ini saya temukan tanpa sengaja pada saat saya googling "Arek Tumpang". Sampai saya menemukan artikel di bawah ini. Karena saya anggap kisah ini cukup menarik, dengan harapan bisa membawa hikmah dari ceita yang ada, maka saya coba untuk sadur dan saya posting ke Blog ini tanpa mengurangi isi yang ada, dan tidak melupakan Sumber dari arikel ini.
Namanya Puji Hadiatmoko, pak Puji begitu saya memanggilnya. Orangnya tegap, matanya tajam, sedikit botak (seperti saya hehehehe), ngomongnya tegas. Dia dijuluki Jagal Tumpang, karena kekejamannya membunuh 3 orang (pacarnya, selingkuhan pacarnya dan mertuanya), dipotong2, dan dimasukkan kedalam WC.
Memiliki kemampuan silat yang tinggi sehingga sangat sulit ditangkap dan hanya satu orang yang berhasil menangkapnya yaitu guru silatnya sendiri. Ada yang percaya bahwa pak Puji memiliki kemampuan menghilang dan ada juga yang bilang bahwa pak Puji memiliki kemampuan untuk berubah wujud. Entah benar atau tidak, saya sendiri belum pernah menanyakan atau melihatnya secara langsung.
Perkenalan saya dengan pak Puji dimulai ketika saya masih kecil sekali, yaitu kelas 1 di SMPN 5 Malang. Ayah saya, yang waktu itu bekerja sebagai PNS di LP Lowokwaru, sering mengajak saya keluar masuk ke LP Lowokwaru dan berkeliling-keliling melihat situasi di dalam LP.
Nekat, itu yang sering dikatakan oleh orang-orang, karena anak kecil masuk LP? banyak yang bilang itu bukan cara mendidik yang bagus. Banyak teman-teman saya di kompleks perumaha LP Lowokwaru yang seumuran dilarang untuk masuk oleh orang tuanya. Mereka khawatir nanti diapa-apain, bisa dibunuh atau dilukai karena anak petugas LP, bisa jadi disodomi, bisa macam2 lah resikonya. Saya sendiri selama keluar masuk LP Lowokwaru nggak pernah diapa2in sih.
Entah apa yang ada didalam pikiran ayah saya waktu itu, mungkin beliau pikir karena saya masuk siang dan bisa saja beliau berpikir bahwa saya butuh ekstrakurikuler gratis di pagi hari.
Oleh pak Puji, saya diperkenalkan dengan seorang perampok ulung di Jogjakarta (yang satu isi ruangan selnya penuh dengan peta kota Jogja sampai detail sekecil2nya), dan seorang perampok bank di blok lain yang nggak pernah takut ditembak (kaki, paha dan tubuhnya ada bekas luka tembakan), tapi takut dengan ulat daun (hahahaha yang ini sering saya takut2in).
Saya belajar cukup banyak dari pak Puji terutama dari nasihat dan pengalaman hidupnya. Selain memberikan ilmunya, pak Puji juga menjadi penjaga yang baik selama didalam LP sehingga tidak ada yang berani mengganggu saya. Saya mempermahir keahlian catur sama si perampok Jogja dan belajar pingpong sama si perampok bank. Sesekali pak Puji juga berkesempatan mengajari saya pingpong. Selebihnya dia habiskan waktu jualan indomie dan ngajar silat kepada beberapa napi, didalam selnya. Setiap kali saya selesai latihan catur atau pingpong, saya mampir ke sel pak Puji. Dan dia dengan senang hati membuatkan indomie untuk saya. Enak lho bikinannya, sambil makan indomi sambil nonton napi latihan silat.
Belum cukup sampai disitu kebaikannya, karena setiap Jumat selesai sholat dan ketika saya siap berangkat ke sekolah, dia selalu ngasih saya uang jajan sambil memberikan nasihat-nasihat. Salah satu pesannya yang selalu saya ingat, “Sinau sing genah, ojo dadi wong koyok aku karo arek2 iki, sing sabar dadi uwong, ojo grasa grusu, opo2 pikirin dhisik sing mateng, wis ati2 yo le” (Terjemahan: belajar yang bener, jangan jadi orang kayak aku sama anak2 disini, yang sabar jadi orang, jangan terburu-buru, segalanya dipikir dulu yang mateng, udah ati2 ya)
Oh ya, saya ingat kejadian lucu ketika hari minggu pagi datang ke sel pak Puji. Orangnya nggak ada, sedangkan pagi itu saya baru selesai lari keliling LP Lowokwaru sebanyak 2x putaran (inget, ini saya masih SMP lho). Waktu itu haus sekali, jadi nggak pikir panjang, begitu lihat teko air langsung ditenggak. Nggak lama saya langsung muntahin lagi karena pedes banget. Dalam hati mikir juga sih, ini air atau apa ya? … nggak lama kemudian pak Puji dateng.
“Eh, le, wis ket mau ta?”
(Terjemahan: Eh, nak, udah dari tadi?)
“Sampun pak, la sampeyan teko endi?”
(Terjemahan: Sudah pak, anda dari mana?)
“Mau latihan karo arek2, koen arep sarapan ta? aku ono panganan enak iki tapi rodo pedes”
(Terjemahan: Tadi latihan sama anak2, kamu mau sarapan nggak? saya ada makanan enak tapi agak pedes)
“Pak, aku njaluk ngombe ae, banyu sing nang teko pedes”
(Terjemahan: Pak, aku minta minum aja, air yang di teko pedes)
“Lho!!! Lapo mbok ombe, iku mau kobokane arek arek”
(Terjemahan: Lho!!! ngapain kamu minum, itu cuci tangannya anak2)
Hahahahahaha…yah ini cuma salah satu pengalaman lucu yang saya alami selama di Kota Malang, masih banyak stok, hehehehehe
Setiap 17 Agustusan, saya selalu datang ke LP Lowokwaru, baik sendiri ataupun bareng ayah saya. Saya ingin melihat atraksi pak Puji. Walaupun selalu sama di setiap tahun, bagi saya tetap menarik.
Atraksinya antara lain, menaiki motor dengan mata tertutup dari depan LP hingga lapangan bola (area paling belakang dari LP Lowokwaru). Setelah sampai di tengah lapangan, pak Puji turun sambil membawa bendera merah, kuning, hijau dan biru, masih dengan mata tertutup. Di setiap ujung lapangan bola sudah berdiri satu orang yang membawa bendera berbeda2.
Satu orang di ujung lapangan mulai mengangkat bendera yang dipegangnya, warnanya merah. Nggak lama kemudian, tanpa aba-aba, tanpa komando, masih dengan mata tertutup kain hitam tebal dan arah pandangan ke bawah (alias ndingkluk), pak Puji mengangkat bendera warna merah. Tepuk tangan pun mulai riuh.
Kemudian menyusul satu orang lagi di ujung lapangan mengangkat bendera kuning. Pak Puji pun tanpa melihat, memilih bendera yang ditangan, lalu diangkatnya, warna kuning. Tepuk tangan kembali riuh. Begitu seterusnya hingga seluruh warna dapat dicocokkan dengan benar.
Atraksi terakhir yang dilakukan pak Puji adalah kembali mengendarai motornya sementara di tengah lapangan udah dipasang lingkaran api yang harus dilewati
pak Puji. Motor berputar2 disekeliling lapangan, lalu masuk kedalam lingkaran api tanpa mengenai apinya. Fantastik!!! Diwaktu itu belum ada Deddy Corbuzier lho.
Beranjak dewasa, ketika saya kelas 3 SMP (kalo nggak salah), terjadi kerusuhan yaitu perkelahian antar napi di LP Lowokwaru. Waktu itu saya sempat disana, saya ingat betul ketika melihat si perampok bank yang nggak takut ditembak itu sudah bersimbah darah dan digotong teman2nya. Ngeri banget waktu itu, saya nggak sempet ketemu pak Puji, karena saya langsung pulang.
Semenjak kejadian itu saya nggak pernah lagi masuk LP Lowokwaru karena peraturan baru yang tidak mengijinkan sembarang orang untuk masuk hingga jauh kedalam. Kemudian ketika masuk SMA, saya membaca berita di surat kabar bahwa pak Puji melarikan diri setelah mengelabui petugas dengan alasan sakit. Sedih juga waktu mendengar itu, karena bagaimanapun juga beliau turut berjasa dalam membentuk karakter dan mental saya. Dan lebih sedih lagi ketika saya mendengar rumor dari kalangan tetangga bahwa pak Puji terpaksa ditembak mati oleh petugas. Entah benar entah tidak.
Anyway cerita ini nyata, saya alami sendiri, Insya Allah tidak dilebihkan dan tidak dikurangi. Dan maksud dari cerita ini adalah, bahwa setiap orang yang bersalah walaupun untuk itu dia dihukum dan dengan status napinya, dia masih berhak mendapatkan pendidikan, ilmu pengetahuan dan informasi baru dari dunia luar. Seperti yang sudah saya alami, napi bukanlah orang yang menakutkan, mereka pun bersedia sharing ilmu dan keahliannya (tentu kita ambil yang positif ya), so kenapa kita tidak mau melakukan hal yang sama untuk mereka? Bukankah dengan memberikan pengetahuan kita, ilmu kita dapat mencegah mereka kembali melakukan kejahatan? menjadikan negara kita lebih aman, Insya Allah.
Untuk itu saya mohon doa dan dukungan dari kawan-kawan untuk rencana komunitas CFH bergabung dengan salah satu organisasi mengadakan kegiatan Pelatihan Komputer Gratis di Lapas Cipinang.
Insya Allah apa yang akan kami kerjakan nanti bermanfaat bagi kawan2 kita yang ada didalam LP sana, semoga mereka menjadi bermanfaat bagi sesama dan kita mendapatkan pahala dari ilmu yang kita sebarkan.
Sumber
2 komentar:
Mungkin aku kenal sampeyan,... (huuuuu sok kenal yo..) aku suwe manggon sak gang karo mas Puji iku (begitu dulu aku memanggilnya...
tapi sing dipateni dudu pacare kok, mas....
@Anonim: Mungkin aku kenal sampeyan,... (huuuuu sok kenal yo..) aku suwe manggon sak gang karo mas Puji iku (begitu dulu aku memanggilnya...
tapi sing dipateni dudu pacare kok, mas.... >> Sopo yo...? sayange sampean gak ninggalno jejaj nang kene... Sory nek ayas salah informasi... Lain kali tolong tinggalkan nama ya mas..biar bisa komunikasi gitu lho...
Posting Komentar