KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sering meminta agar Indonesia jujur dalam ber-Indonesia. Ungkapan tersebut dinilai sebagai sindiran terhadap bangsa Indonesia yang belum sepenuhnya mengakui keberagaman yang ada.
"Indonesia sangat plural, multibangsa, multietnik dan multiagama. Sekarang pemahaman kita belum sampai pada penghormatan atas hal-hal itu," ujar staf pengajar Fisip UI Isbodroini Soejanto dalam dialog interaktif mengenang Gus Dur di Gedung DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (8/1/2010).
Isbodroini menjelaskan, ketidakjujuran bangsa Indonesia dapat dibuktikan dengan banyaknya daerah yang memberlakukan Perda-perda syariah. "Saat ini Perda-perda syariah bermunculan seperti di Jabar dan daerah-daerah lain sebagai manifestasi penduduk yang beragama Islam. Terus yang bukan muslim bagaimana?" kritiknya.
Menurut Isbodroini, Perda-perda tersebut sangat bertentangan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang selama ini jadi pegangan bangsa. Hal ini juga diperparah dengan sikap elite politik yang terkesan tidak peduli dengan kondisi tersebut.
"Elit tidak bisa mengerti seperti itu dan makin lama makin subur pemahaman seperti itu," tambahnya.
Sementara itu, mantan Jubir Gus Dur Wimar Witoelar yang juga ikut hadir mengaku paham dengan kritikan Gus Dur tersebut. Oleh karena itu, menurut WImar, dari awal Gus Dur tidak pernah meminta adanya penyeragaman dalam setiap perbedaan di bangsa ini.
"Kalau ada perbedaan itu harus diakui bukan malah diseragamkan," tandasnya.
Mengenang Gus Dur, Jujurlah dalam Ber-Indonesia
EMDE Channel | 1/08/2010 03:19:00 PM | 0
komentar
Related posts:
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar